“Huuuh..nyebelin banget sih tuh aki-aki..” gerutu Mona sambil mengunci
pintu kamar kostnya. Kembali hari ini ia sebel dengan Pak Mahmud, si
bapak kostnya yang sering bersikap genit dan terkadang menjurus kurang
ajar terhadap dirinya. Kejadiannya tadi saat dia pulang kantor
berpapasan dengan Pak Mahmud yang sedang berusaha memaku sesuatu di
dinding. “Sore pak..lagi ngapain pak..?” sapa Mona demi kesopanan.
“Eh..mba Mona dah pulang..”sahut Mahmud dengan mata berbinar. “Kebetulan
aku mau minta tolong sebentar bisa?” Mona yang mau buru-buru ke kamar
terpaksa menghentikan langkahnya dan menoleh. “Apaan pak?” tanyanya
sekenanya, kembali ia kesal melihat pandangan mata pak tua itu yang
jelalatan ke arah dadanya. “Ini loh..kamu bisa pasangin lukisan ini ga
kepaku yang dah saya pasang itu, takutnya tangganya goyang banget karena
berat badan saya, maklum agak gendut gini ribet jadinya” katanya sambil
cengengesan dan kembali pandangan matanya menyantap kulit leher Mona
yang mulus.”nanti saya pegangin tangganya”. Mona menyanggupi dan dia
menaiki tangga yang memang sudah goyang itu, gadis itu baru sadar pas
naik ke pijakan kedua bahwa tangga itu memiliki jarak yang cukup lebar
antara pijakan-pijakannya, jadi saat kakinya naik ke pijakan kedua,
dirinya yang saat ini menggunakan rok span ketat agak kesulitan dan
roknya menjadi tertarik ke atas sehingga pahanya menjadi terbuka.
Kejadian itu berulang lagi saat ia ke pijakan ketiga, bahkan jaraknya
makin jauh sehingga pahanya makin terbuka lebih lebar. Mona mengutuk
dalam hati, saat melirik Pak Mahmud yang dengan senyum mesumnya
menikmati pahanya yang jenjang dan berkulit mulus bersih itu. Melihat
pemandangan indah ini, Pak Mahmud merasa nafasnya sesak sama sesaknya
dengan penisnya yang jadi menegang. Sungguh indah bentuk paha gadis ini
dan ia dengan bebas bisa melihat dari dekat, ingin rasanya mengelus paha
montok nan mulus itu, tapi ia menahan diri. Ia menyerahkan lukisan ke
Mona untuk dipasang, tapi karena nyantolinnya masih agak tinggi maka
gadis itu harus memasangnya dengan mengangkat tangannya setinggi
mungkin, ia tidak sadar bahwa karena gerakannya itu blusnya yang pendek
ikut tertarik ke atas sehingga terlihat kulit pinggangnya yang ramping
sampai ke perut di bawah dadanya. Dengan sengaja Pak Mahmud
menggoyangkan tangganya sehingga memperlama dirinya untuk bisa menikmati
pemandangan pinggang berkulit mulus gadis itu. Setelah selesai
terpasang, Mona menurunkan kaki kirinya ke pijakan kedua yang ternyata
tanpa sepengetahuannya telah dilonggarkan pakunya. Sambil terus
menikmati paha Mona yang terbuka kembali, Pak Mahmud bersiap-siap.
“Eiiihh…eiihh..” Mona menjerit kecil saat pijakannya lepas dan ia
terjatuh ke belakang dan saat itu dengan sigap Pak Mahmud menangkapnya
sehingga tidak sampai terjatuh lebih parah. Merah muka gadis itu karena
satu tangan yang menahan dirinya memegang tepat ke pantatnya dan
sepertinya ia merasa tangan itu sedikit meremasnya. Dengan cepat ia
menjauhkan badannya dari “pelukan” Pak Mahmud yang mengambil kesempatan
itu. “Waduh, untung sempet saya pegangin mba nya, kalo ngga bisa berabe
tuh..” ujar Pak Mahmud cengengesan yang masih menikmati hangatnya tubuh
dan kenyalnya pantat Mona tadi walau sesaat tadi. “Mmm..iya pak,
makasih..udah kan pak ya..” tukas Mona sambil ngeloyor pergi dengan
diikuti pandangan Mahmud yang menikmati gerakan pinggul gadis yang
montok itu. “Hmmm..tunggu aja ntar ya..lo bakal kena ama gua” pikir pria
tambun setengah tua ini dalam hati. Sudah banyak planning yang kotor
dan mesum darinya yang memang punya sedikit kelainan seks ini. Di dalam
kamar, Mona masih sebel sama kejadian tadi. Sudah terlalu sering ia
mendapat perlakukan atau kata-kata yang menjurus mesum dari bandot tua
itu, tapi ia berusaha menahan diri mengingat bahwa tempat kost ini cukup
murah dengan fasilitas yang ada juga ditambah lagi dengan lokasi yang
di tengah kota dan dekat ke tempat kerja atau mau ke mana- mana. Maka ia
memutuskan untuk tetap bertahan asalkan si mesum itu tidak terlalu
kurang ajar. Bila ketemu pasti Mona merasa risih dan agak ngeri ngeliat
mata Mahmud yang seperti menelanjangi sekujur tubuhnya, tapi terkadang
selain ngeri dan risih gadis itu juga merasakan bangga dan senang karena
kecantikan dan tubuhnya menjadi perhatian sampai seperti itu walau
Mahmud bukan levelnya untuk bisa menikmati dirinya. Beberapa kali kalau
berpapasan sama Mahmud dan berbincang- bincang, selalu saja tangannya
tidak pernah diam menjamah, walau hanya menjamah pundak atau lengannya
tetap saja gadis itu merasa risih karena sambil melakukan itu bapak kost
itu merayu dengan kata-kata yang kampungan.“Ahh..udahlah, ga penting
juga..mendingan gua mandi” kata Mona dalam hati Sambil berkaca ia mulai
melepas satu per satu kancing blusnya dan melepasnya sehingga bagian
atasnya kini hanya tertutup BH biru muda yang susah payah berusaha
menutupi payudara berukuran 34D itu. Dengan pinggang yang ramping, maka
buah dada itu tampak sangat besar dan indah dan karena Mona rajin ke
fitness makin tampak kencang dan padat. Sungguh merupakan idaman bagi
semua laki- laki di dunia bagi yang dapat menikmatinya. Lalu ia
melanjutkan dengan melepas rok span-nya ke bawah sehingga kini tubuh
yang memiliki tinggi 168cm ini hanya ditutupi bra dan cd yang berwarna
senada. Body yang akan membuat laki-laki rela untuk mati agar bisa
mendapatkannya, memiliki kulit putih asia dan dihiasi dengan bulu-bulu
halus nan lembut. Menjanjikan kehangatan dan kenikmatan dunia tiada
tara. Mona melepas kaitan bra disusul dengan cd-nya yang segera
dilemparkan ke ember tempat baju kotor. Ia memandang sejenak ke cermin,
melihat payudaranya seperti “bernafas” setelah seharian dibungkus dengan
bra. Gumpalan daging yang kenyal dan padat dengan puting berwarna
coklat muda sungguh menggairahkan. “Auuh…” gadis itu sedikit merintih
atau tersentak saat ia memegang kedua putingnya, serasa ada aliran
listrik menyengat lembut dan menimbulkan rasa sensasi geli pada
kemaluannya yang tanpa sadar tangan kirinya turun ke arah vaginanya dan
sedikit membelainya. Sambil senyum-senyum sendiri, gadis itu
membayangkan dada telanjangnya dan membusung ini selalu menjadi sasaran
remasan dari Roy pacarnya yang tidak penah bosan juga mengulum puting
dan menciumi kulit payudaranya yang mulus dan harum itu. Tidak percuma
ia setiap 3 hari sekali memberikan lulur pada tubuhnya, terutama pada
payudaranya yang sampai sekarang memiliki aroma yang memabukkan walaupun
dalam kondisi berkeringat. Mona menghela nafas panjang menahan gejolak
birahi yang timbul, dan sekarang ia merasa ingin dilampiaskan. Padahal
baru tadi malam ia berenang di lautan asmara yang menggelora dengan
pacarnya. Ia merasa dirinya selalu saja haus akan belaian pacarnya,
padahal hampir setiap ketemu mereka bercumbu dengan hot dan yang suka
bikin ngiler adalah mengulum penis Roy sampe bisa keluar spermanya. Kini
ia membayangkan ukuran penis Roy saja udah bikin deg- degan, ga sabar
untuk ketemu dan mengemut-ngemut batang kemaluan yang kokoh itu.
“Huuuh..mending gua mandi aja deh, otak gua jadi kotor nih..” Selesai
mandi, sedikit terusir pikiran-pikiran tadi karena sudah tersiram air
dingin. “Loh, kok ga bisa sih nih?” Mona sudah beberapa saat ngga bisa
memutar kunci lemari bajunya, ia masih coba terus beberapa saat tapi
masih ga bisa juga. “Duh, mesti minta tolong ama bandot itu dong”
keluhnya Untungnya masih ada baju di keranjang yang belum sempat
dimasukkan ke dalam lemari. Tapi setelah memilih-milih, di keranjang
baju itu hanya ada underwear 2 pasang dan baju- baju khusus tidur yang
tipis dan seksi serta baju dalaman sexy seperti tanktop dan rok mini
yang mininya 20 cm dari lutut. Dari pada pakai baju tidur tipis ia
memilih rok mini dan tank top yang rendah belahannya. Sebelum ke Pak
Mahmud, Mona memilih untuk makan malam dulu di ruang makan bersama,
sambil makan ia menyalakan tv dan duduk di ujung sofa. “Ehh..mba Mona
baru makan ya..bapak temenin ya, ga baik cewe seseksi kamu makan
sendirian” tiba-tiba si bandot itu muncul, dan langsung menyantap paha
Mona yang disilangkan itu, sungguh mulus, lalu ia duduk di samping gadis
itu. “Ia pak..sekalian makan pak… terus sama minta tolong kok lemari
baju saya ga bisa dibuka yah?” pinta Mona sambil menggeser menjauh dan
berusaha dengan sia-sia menarik turun rok mininya. “buset tuh
mataaaa…abis gua..” katanya dalam hati. “Ooo gitu, nanti saya periksa
deeeh…” “Makasih ya pak”. Mona buru- buru nyelesaiin makannya, saat
tiba-tiba ia merasa dadanya bagian putingnya terasa gatal. Awalnya
berusaha ditahan saja tapi makin lama makin meningkat rasa gatalnya, dan
bukan itu saja kini ia merasakan hal yang sama pada vaginanya. Ia masih
berusaha menahan tapi sudah hampir tidak kuat, duduknya jadi gelisah
dan ia berusaha menggoyangkan badannya agar rasa gatal itu hilang
bergesekan dengan bahan bra-nya dan ia mempererat silangan kakinya. Tapi
rasa gatalnya tidak berkurang, bahkan kini seluruh daging kenyal
payudaranya terasa gatal. “Ouuuhh..” akhirnya Mona tidak tahan dan ia
menggaruk sedikit kedua payudaranya dengan tangannya, saat ia menggaruk
terasa nyaman sekali karena gatalnya berkurang tapi sulit untuk berhenti
menggaruk. Sambil memejamkan matanya karena keenakan menggaruk ia lupa
ada Pak Mahmud di situ. “Kenapa kamu? Kamu kegatelan yaah?”
“Uuuhh…sssshh..ehm, i…iya pak..” terkejut Mona karena baru ingat ada si
bandot di sampingnya, tapi ia terus menggaruk makin cepat dan karena tak
tahan ia menggaruk juga ke pangkal pahanya.. “Uuuuuffh..ssshh…” aliran
darah Mona berdesir cepat karena sensasi menggaruknya itu selain
menghilangkan rasa gatal juga membuat birahinya tergelitik.
“per..permisi pak..uuffh..” sambil terus menggaruk ia mau bangkit dari
kursi tapi rasa gatal itu makin menghebat yang akhirnya dia hanya
terduduk kembali sambil terus menggaruk Sedetik ia melihat Mahmud hanya
menonton dengan pandangan penuh nafsu setan ke dirinya yang terus
menggaruk itu. Gadis itu mengutuk karena ia memberikan tontonan gratis
kepada pria tua itu tanpa dapat mencegah. Gerakannya makin cepat dan
tidak karuan karena kedua tangannya hanya bisa menggaruk – menggaruk
bagian dari 3 bagian tubuhnya yang terserang itu, kini rok mininya sudah
tersingkap semua karena ia harus menggaruk liang kemaluannya sehingga
memperlihatkan kedua pahanya yang jenjang dan berkulit putih mulus itu.
Gadis itu terus merintih-rintih karena kini rasa gatalnya sepertinya
tidak bisa digaruk hanya dengan garukan yang masih terhalang kaos dan bh
untuk kedua payudaranya dan celana dalam tipisnya untuk vaginanya,
tubuhnya serasa lemas karena rasa gatal dan birahinya yang kini membuat
vaginanya menjadi basah dan ia merasa putingnya mengeras. “Misi pak…mau
ke kamar dulu niiih..uuhh..” Kata Mona, tapi Pak Mahmud diam saja
menghalangi jalan keluarnya. Rasanya ingin marah saja tapi rasa gatal
itu menghalangi rasa marahnya. Karena akhirnya ia tidak tahan dan tidak
bisa mencegah lagi, dengan serabutan dan cepat ia menarik tali tank
topnya kebawah dan menarik turun branya sehingga kini buah dadanya
telanjang yang segera ia menggaruk dengan cepat dua gunung indah itu
terutama putingnya yang kini sudah mancung dan mengeras, kakinya
bergerak blingsatan karena rasa gatal pada vaginanya makin menghebat.
Pak Mamud tertawa dalam hati, ia menikmati melihat indahnya pemandangan
di depannya itu, betapa buah dada Mona yang berbentuk bulat kencang itu
tidak tertutup apapun serta baju Mona yang sudah tidak keruan. Senang ia
melihat gadis yang cantik tapi sombong ini kini tampak tidak berdaya.
Rencana awal ini berhasil dengan baik, yang ternyata ia telah mengganti
kunci lemari baju Mona dan menaruh bubuk gatal pada pakaian dalam gadis
itu dan sengaja memilihkan baju yang seksi tertinggal di luar lemari.
Tangan Mona masih bergerak cepat berpindah-pindah mencoba menggaruk 3
bagian tubuh, makin lama makin menghebat dan dari mulutnya meracau tidak
jelas. Dengan susah ia berusaha menggaruk vaginanya secara langsung
tapi ia kesulitan karena harus menggaruk putingnya. “Saya bantu ya
sayang…” tanpa disuruh ia menarik turun celana dalam tipis Mona,
sehingga sekarang terlihat “bibir” bawah tersebut yang dihiasi bulu-bulu
halus. Tampak indah sekali dan menggairahkan. “Nggeeh..ja..gan kurang
ooouhh..”ia tidak dapat melanjutkan umpatannya karena ia menikmati
garukan pada vaginanya walau ia harus berpindah lagi sambil merintih-
rintih terus Ia terkejut sesaat ketika tangan Pak Mahmud mengelus-elus
pahanya, tapi ia tidak bisa memperdulikannya lagi yang penting ia harus
terus menggaruk. Dengan leluasa Pak Mahmud menjelajahi lekuk liku tubuh
montok itu tanpa penolakan, kulit pahanya terasa lembut dan daging paha
sintal itu terasa kenyal dan hangat dalam usapannya. Karena belaian-
belaian yang dilakukannya ini membuat Mona makin menggelinjang karena
kini birahinya sudah melonjak. “Biar ini aku yang bantu yaah..” dengan
sigap jari-jari tangannya hinggap di vagina Mona dan menggeseknya dengan
liar. “Ouuuuhh…ss..stoopp…aiiieh… iyaa…ouuhh” ngga jelas Mona mau
ngomong apa, sedetik ia tahu vaginanya sedang diobok- obok oleh orang
yang dia sebel, tapi ia tidak tau dan tidak berdaya karena rasa gatal
dan nafsunya yang memuncak sehingga dia tidak mampu menolak perbuatan
Mahmud. Kini ia fokus menggaruk payudaranya, tidak hanya digaruk tapi
juga diremas-remas dan memuntir-muntir putingnya sendiri. Dengan leluasa
Mahmud menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milik gadis
itu. Hampir 5 menit kini liang vagina itu sudah becek dan menimbulkan
bunyi kecipak karena gerakan jari-jari Mahmud yang sudah ahli itu.
“aaahh..jgn dilepas..ohh…pak..” jerit Mona saat tangan Mahmud mengangkat
tangannya dari vaginanya yg sudah basah itu dan malah “cuman” mengelus-
elus pahanya dan meremas pantatnya. “Kenapa sayang..? kamu mau aku
untuk terus mengobok-obok memek kamu..?” tanya Mahmud. “Ngeh..ngeh..iii
yaaa paakk… ouufh..” diantara engahannya “kamu yakin..??” “uuhh…ngeh…
sssh..” ia hanya mengangguk “kamu mohon dong sama aku..paaak Mahmud
sayang, tolong obok-obok memek saya… please saya mohon” Mendengar
perintah itu, sekejap Mona merasa malu dan marah tapi segera terganti
kebutuhan body-nya yang sudah terbakar birahi secara aneh itu. Ia
berusaha untuk tidak mengucapkan itu dengan terus menggaruk, tapi ia
tidak kuat.. “ouuh..ngeh..Pa..Pak Mahmud sssss….sayaaang, ooh..tol..long
obok…obok me…nggeh…memek sayaaaa…pleeeeease… uuuff.. saya mohoooonn…”
erang Mona. “Tentu sayang…” Lalu dengan sigap jarinya menggerayangi
bibir vagina Mona yang becek itu dan menggesek dengan cepat. Mona
melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badannya, lalu tersentak hebat
saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisnya “Haaa..ternyata
disitu yaaa…” dengan ahli ia memainkan jari itu pada g-spot tsb yang
mengakibatkan Mona mendesah- desah. Gadis itu merasakan terbentuknya
sensasi orgasme menanjak naik.. “Oouuhh…ja.nggaannn..” ia berusaha
menahan dirinya, tapi gerakan jari Mahmud makin menggila dan terus
menggila, ia sudah hampir tidak tahan. Sambil menggigit bibirnya dan
memejamkan matanya ia berusaha menahan klimaksnya, tidak mengira bahwa
dirinya dapat dibuat klimaks oleh Mahmud. “Ouuuuuuhhhhhh….
aaaiiiieeeeeeeeeee…..” dengan teriakan panjang Mona mencapai puncaknya
dan tubuhnya menggetar keras. Cairan makin deras membahasai liang
vaginanya, ia menikmati setiap detik sensasi luar biasa itu. Tubuhnya
makin lemas dan pandangannya nanar. Ia tak mampu menolak saat Mahmud
menunduk dan mencium bibirnya yang tipis. “mmmmmpphhh…..” Mona mengerang
dan sulit menolak saat lidah Mahmud memasuki rongga mulutnya dan
melilit-lilit lidahnya, bahkan tanpa sadar ia membalas ciuman itu.
Sementara tangan Mahmud masih mengocok kencang dan gadis itu merasakan
kembali orgasmenya mau menyeruak lagi..apalagi saat ciuman Mahmud
berpindah mencium puting kirinya.. “Auukkh..ssttopp..ssssshh… ssshh..”
tapi Mona malah membusungkan dadanya mempermudah Mahmud menikmati puting
kerasnya. Kini rasa gatalnya sudah terganti dengan desakan nafu setan
yang tidak pernah terpuaskan, tangannya yang bebas dituntun oleh Mahmud
ke penisnya di balik sarungnya. “oouuh..bes..bessar banget ppaakk..”
gumam Mona tanpa sadar saat merasakan batang hangat yang
berdenyut-denyut dalam genggamannya, ia melirik ke arah batang kemaluan
Pak Mahmud yang ternyata lebih besar dibanding milik pacarnya, pikiran
nafsunya tanpa sadar membayangkan apakah ia mampu untuk mengulum penis
itu dalam mulutnya atau membayangkan bagaimana rasanya bila penis itu
menyerang vaginanya. Dengan birahinya yang terus membara dan terus
dijaga geloranya oleh Mahmud, Mona dengan suka rela mengocok-ngocok
penis raksasa Pak Mahmud itu, ia sudah tidak ingat akan bencinya dia
terhadap pria tua berumur 60 tahun itu. Mahmud mulai mendesah-desah
keenakan di antara kulumannya pada kedua puting Mona.
“aaaaaaannggghhhhh… pppaaaakkhh…… aaaaaaannggghh…” Mona mencapai klimaks
sampai dua kali berturut-turut karena kocokan tangan Mahmud, matanya
makin nanar dan bibir seksinya menyeringai seperti menahan sakit.
“Sekarang kamu isep punya bapak yaa..kamu kan jago kalo sama pacar kamu”
“ouuh..ngga ma..mau..ap… aauupphhh..mmmhh..” Mona yang lemas akibat
klimaks tadi tak berdaya menolak saat Mahmud menarik lehernya membungkuk
ke arah batang “monas” nya, tidak memperdulikan protes Mona yang ia tau
hanya pura- pura karena sebenarnya sudah jatuh dalam genggamannya. Kini
dengan dengan bibirnya yang seksi dan lidah yang hangat lembut itu
mulai mengulum batang kemaluan itu. “Oooh..enak sayaaang…kamu memang
jago..sssshh…kamu suka kan..?” tanyanya “mmmmmpph… sllluurpp..mmmmmm”
hanya itu yang keluar dari mulut Mona, yang dengan semangat memainkan
lidahnya menjilati dan menghisap penis Mahmud. Aroma dan rasa dari penis
laki- laki itu telah menyihirnya untuk memberikan sepongan yang paling
enak. “Bapak tau..kamu cuman cewek sombong yang sebenarnya punya jiwa
murahan dan pelacur… plaakk..!!” Mona tersentak saat pantat bulatnya
ditepak oleh Mahmud, mukanya merah dan marah tapi sebenarnya malah
membuat dia makin terangsang dan makin cepat ia mem- blow job penis
Mahmud. Belum pernah ia merasakan birahinya dibangkitkan dengan cara
kasar ini, tapi ia tau bahwa ia sangat menikmatinya. “Kurang ajar nih
aki-aki” gerutunya dalam hati dan ia menggigit gemas ke penis Mahmud yng
membuatnya itu mengelinjang dan lidahnya makin cepat menyapu urat di
bawah penis itu. “Ayo..sekarang kamu naikin penis aku..” Tanpa berucap
Mona mulai menaiki ke atas tubuh tambun Mahmud, dengan deg-degan menanti
penis besar itu ia menurunkan pinggulnya dengan dibantu tangan Mahmud
yang memegang pinggangnya yang ramping. “Ooooh..” Mona mengerang saat
ujung “helm” penis itu bersentuhan dengan bibir vaginanya dan mulai
memasuki liang surga. Kembali ia mengerang menahan sedikit sakit saat
baru masuk sedikit, liang vaginanya berusaha mengimbangi diameter penis
Mahmud itu. “Enak kan sayang?” “Hmmmmm…nggh…” Mona hanya mengerang dan
memjamkan mata menunggu penis itu membenam ke dalam vaginanya. Tapi
Mahmud hanya menggesek- gesek liang vagina Mona itu dengan ujung kepala
“meriamnya”. Gadis itu menggoyang- goyang pinggul seksinya dan berusaha
menurunkan badannya, tapi Mahmud tetap menahan pinggulnya sehingga tetap
belum dapat “menunggangi” penis Mahmud. “Hemmm…kenapa sayang? Udah ga
sabar yaa ngerasain ****** bapak?” “Huuh?..nggeeeh… aa..paahh…” Mona
ngga tau harus ngomong apa, masih tersisa gengsi pada dirinya.
“Hehehe..masih sok alim uuh..kamu ya..? Kalo kamu mau ****** bapak, kamu
harus memohon dengan mengaku diri kamu itu cuman perek murahan dan
lakukan dengan seksi..” “aaahh…sssh..kenapa mes..ti gitu
paakk…pleaaase…” Mona sudah benar-benar terangsang dan tidak bisa
berfikir jernih lagi, dalam pikirannya kini hanya penis Mahmud saja.
Mahmud mendengus dan seperti hendak memindahkan tubuh Mona di atasanya,
merasa perbuatan itu. “Oouuh ooke..okeeh paaak… ngeh, tega bgt sih
bapak…oouf paak, tolong masukin ****** ba..ngeehh..bapak ke memekku
paak, entotin sayaaa ooh paakk… akkuu..memang cewe murahan yang sok
suci..nggeh..pleease..paakk..akuuu mohooon…” pinta Mona memelas sambil
meremas-remas kedua payudaranya. “Hehehehe…kamu tergila- gila ya sama
****** bapak..” “Iyaa ppaakkh… please..aku ga tahaaan paakk…” “Kontol
pacar kamu ga ada apa- apanya kan?” “oouuh..jauuh pakkk..punya bapak
lebih hebaat dan enaaaakk” “Hehehe..good…ini dia hadiahnya..” Mahmud
lalu menarik ke atas tubuh Mona dan menurunkannya kembali, dengan
diiringi erangan Mona merasakan penis itu makin dalam masuknya dan sulit
ia menahan diri untuk tidak klimaks yang keempat kalinya. Mona kembali
menaikkan badannya dan menurunkan kembali sehingga sudah ¾ penis itu
diemut vaginanya. Gerakannya diulangi berkali-kali, awalnya perlahan
tapi makin lama makin cepat karena vaginanya sudah bisa “menerima” penis
berukuran di atas rata-rata itu. Gadis itu sudah benar-benar dikuasai
nafsu birahinya dan ia merasa terbang ke awang-awang merasakan
gesekan-gesekan penis Mahmud dengan dinding vaginanya. Tidak sampai 5
menit Mona sudah merasakan akan keluar lagi. “Ouuh..gilaaa..paaakkh..
oouuuhhhhhhhhh..” Mona mencapai klimaksnya lagi dan ia terus bergerak
naik turun menunggangi penis yang masih perkasa itu. Buah dadanya yang
besar menggantung itu bergerak naik turun mengikuti irama gerakan
badannya, dengan nikmat Mahmud meraup gumpalan daging kenyal itu dan
meremas- remasnya dengan gemas. Dengan liar ia terus menunggangi penis
itu, diiring dengan bunyi “plok..plok..plok..plok..” yang makin cepat
akibat beradunya badan Mona dengan perut buncit Mahmud. Hampir 15 menit
Mona menikmati hunjaman-hujaman penis itu, dalam periode itu Mona sudah
mencapai orgasme sampai 4x lagi, ia tidak dapat menahan untuk tidak
melenguh dan berteriak nikmat. Pikirannya sulit untuk fokus bahwa ia
telah dibuat klimaks oleh seorang laki- laki yang pantas jadi ayahnya.
Ia merasa lemah sekali akan nafsu yang menguasainya, tapi sungguh terasa
nikmat sekali yang tidak mampu ditolaknya. Mahmud juga sudah hampir
mencapai puncaknya, penisnya telah mengeras sampai maksimal dah hal ini
juga dirasakan oleh Mona, ia mempercepat gerakan naik turunnya yang
menyebabkan buah dada montoknya bouncing naik turun makin cepat.
“Uuuaaahh… gilaaaaa… ooouuuhhh…” akhirnya Mahmud tidak dpt menahan lagi,
spermanya muncrat seiring dengan klimaksnya yang ternyata berbarengan
dengan klimaks yang sangat kuat dari Mona. Mahmud merasakan dinding
vagina Mona yang hangat itu bergetar menambah kenikmatan klimaksnya.
Dengan lunglai Mona turun dari tunggangannya dan rebah di samping Pak
Mahmud yang juga masih merem melek habis menikmati tubuh gadis cantik
dan sexy itu. “Kamu memang hebat hebat cantik…” “Cukup pak..ngeh, aku ga
tau kenapa bisa kaya gini tadi..ini harusnya gak terjadi, cukup sekali
ini terjadi” Mona yang sudah mulai jernih pikirannya, ia kini sangat
menyesali bahwa ia menyerahkan dirinya secara sukarela kepada Mahmud. Ia
memutuskan untuk pindah kost dan kejadian tadi harus dikubur
dalam-dalam, tidak boleh ada yang tahu. Melihat Mona yang mulai
membereskan bajunya dan hendak pergi, Mahmud bergerak cepat. Ia memegang
leher belakang Mona yang sedang membungkuk hendak mengambil cdnya lalu
dengan cepat membenturkannya ke meja kayu yang ada di depan mereka
duduk. “uuuugghhh….” kerasnya benturan itu membuat ia setengah pingsan.
“hehehe..ga secepat itu sayang..kamu akan jadi milikku..” Mahmud lalu
menarik tangan Mona dan gadis itu pasrah saja dibawa dengan setengah
sadar masuk ke kamar Mahmud. Lalu setelah melepas sisa bajunya, ia
merebahkan tubuh telanjang yang masih lemas itu ke atas ranjangnya. Lalu
ia mengikat kedua pegelangan kaki dan pergelangan tangan Mona ke ujung
ranjang besi, sehingga kini tubuh telanjangnya itu dalam posisi kaki
yang mengangkang lebar. “uuuh..apa-apaan inih…lepasin paak…”dengan suara
masih serak dan lemah Mona berontak dengan percuma, ia mulai takut apa
yang hendak dilakukan. Melihat posisi dan kondisi Mona yang
menggairahkan itu, Mahmud tidak tahan lagi ia membungkuk lalu menciumi
payudara montok dan memainkan lidahnya mengecupi puting Mona yang
sebentar saja langsung mengeras. “Ouuh..pak..! lepasin saya pak… kalo
ngga sa…aauupphh… mmbbllllmmmmm…” Mona tidak dapat melanjuntukan
omongannya karena ditutup lakban oleh Mahmud. Kini kesadaran Mona sudah
mulai pulih, ia masih terus berusaha memberontak untuk melepaskan ikatan
kaki dan tangannya tapi ikatan itu sungguh kuat. Ia mulai takut karena
kini ia tidak berdaya dan berada dlm kekuasaan Mahmud. Pandangan matanya
mengikuti Mahmud seperti mata kelinci yang sedang ketakutan melihat
serigala yang akan memangsa, dan air matanya mulai meleleh di pipinya.
“Eeeiih..kenapa nangis cantik? Aku paling ga suka liat cewe nangis…tapi
sekarang kita liat film dulu ya…”ujar Mahmud sambil memasang kabel
menghubungkan dari handycam ke tv. Lalu ia mulai menyetelnya. Mata Mona
terbelalak kaget saat melihat tayangan video di layar tv, jantungnya
serasa akan copot dan kepalanya tiba- tiba pusing mendadak melihat
adegan per adegan dari video itu. Ternyata kejadian di sofa ruang tengah
tadi semuanya direkam oleh Mahmud dari tempat tersembunyi, terlihat
jelas saat ia melihat dirinya mulai merasakan gatal yang menyerang,
mulai mencopoti bajunya dan sampai kejadian dia berhubungan sex dengan
Mahmud. Perasaannya makin hancur saat ternyata Mahmud tidak hanya
merekam dari 1 sudut saja, terdapat 4 handicam tersembunyi yang merekam
seluruh kejadian. Bahkan saat ia memohon kepada Mahmud untuk mengobok-
obok vaginanya dan pengakuan dia sebagai cewek murahan juga terdengar
jelas. Wajah gadis yang cantik itu jadi pucat dan tubuhnya bergetar, ia
sudah menduga apa yang akan diminta oleh Mahmud dengan adanya video itu.
Perasaannya geram, marah, benci, takut dan lain-lain bercampur aduk,
kini ia hanya dapat menangis. Terlihat jelas bagaimana wajahnya
menunjukkan dirinya menikmati setiap detik permainan panas itu dengan
aki-aki tambun yang sudah tua. “Percuma kau menangis..kini kamu akan
merasakan akibatnya karena selama ini menjadi cewek sombong yang sok
suci. Bapak tau apa yang kamu lakukan sama pacar kamu selama ini,
nah..sekarang kamu harus nurut apa yang bapak mau, kalo ngga bapak jamin
film ini akan nyebar kemana-mana, kamu ngerti…??” tegas Mahmud. Mona
hanya mengangguk lemah dengan pandangan sayu. “Sekarang yang aku minta
kamu tidak boleh nangis selama kamu melayani saya..bisa..?? kalo tetap
nangis kamu akan terima hukuman yang berat..” Kembali Mona hanya
mengangguk dan berusaha menahan air matanya. Ia berusaha meyakinkan
dirinya bahwa akan ada jalan keluar nantinya. Tanpa sadar ia
membayangkan kejadian tadi, dan ia teringat akan ukuran penis Pak Mahmud
yang memang di atas rata-rata. Dengan pikiran itu tanpa dapat dicegah
terasa desiran-desiran halus di perutnya dan ia merasa putingnya agak
mengeras. “Sayang…yang punya penis si Mahmud ****** itu..” pikirnya.
Mona melotot kaget saat Mahmud mengambil sesuatu dari lemari yang
ternyata merupakan dildo vibrator yang berukuran panjang. Mahmud kini
duduk di ranjang di dekat kakinya yang ngangkang itu, memperlihatkan
vaginanya yang terbuka menantang, lalu ia mengusap dengan tangannya yang
mengakibatkan Mona terhentak. “Kayanya udah basah nih..udah siap yah..”
goda Mahmud, lalu ia membungkuk dan wajahnya kini sudah di depan liang
surga milik gadis cantik itu, tiba-tiba Mona menggelinjang saat lidah
Mahmud menciumi dan menjilati vaginanya. Untuk beberapa saat Mona
menggelinjang-gelinjang, nafasnya kembali memburu dan pandangan matanya
sayu. “Ngggeehhhhhhhh…!” Mona menjerit dengan mulutnya yang tertutup
lakban, saat Mahmud memasukkan dildo ke dalam lubang kemaluannya yang
sudah basah dan ngilu itu dan terus mengerang karena dildonya makin
dalam ditusukkannya. Kembali ia menggelinjang hebat saat Mahmud
menyalakan vibartornyanya. Terasa sakit, tapi setelah beberapa menit
rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang tergantikan dengan sensasi
kenikmatan yang belum pernah ia rasakan atau pernah ia bayangkan. Kini
erangannya terdengar seperti rintihan kenikmatan diiringi dengusan
nafasnya yang memburu. Mona melenguh panjang dan pelan, merasakan
tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa menggelitik di perut bag bawah
makin menggila dan menggelora. Dengan rasa malu dan kaget, ia mencapai
klimaksnya dengan sensasi yang luar biasa..” “nngggggghhhhh…
mmmmmmmmmmhhhhh…..!!!!” Tubuh montoknya menegang sesaat ketika
klimaksnya menyerang, pandangan matanya makin sayu. Tapi dildo itu tetap
bergetar seperti mengoyak- ngoyak bag dalam vaginanya, dan rasa nikmat
kembali dirasakan makin meningkat, nafasnya memburu dan kini pikirannya
sudah tidak terkontrol, nafsu birahinya terus membara karena dildo itu.
“Naah..kamu seneng aja ya ditemenin ama dildo bapak ya… tenang aja,
getarannya akan makin keras kok udah saya setting dan bapak colokin ke
listrik..hehehe..bapak mau bikin back up untuk film kamu tadi ya..” kata
Mahmud, ia hanya ketawa melihat Mona memandangnya dengan tubuh
telanjangnya yang menggeliat- geliat, tubuh montok yang tampak berkilat
karena keringat. Mahmud makin tertawa karena Mona mengerang lagi karena
telah orgasme untuk kesekian kalinya, lalu ia meninggalkan Mona yang
terus mengerang- erang karena getaran dildo itu. Tidak terhitung berapa
kali Mona dipaksa untuk orgasme, tubuhnya mengkilat karena basah oleh
peluhnya, gadis itu merasa lemas sekali tapi dildo yang menancap di
vaginanya memaksa dia untuk terus dirangsang. Akhirnya karena tidak kuat
lagi, gadis malang itu jatuh pingsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar